Prosesi Semana Santa Larantuka

Umat Katolik pada umumnya paham mengenai makna perayaan Pekan Suci. Pekan Suci dimulai dari Minggu Palma yang diikuti dengan perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Alleluya dan ditutup dengan Minggu Paskah. Perayaan Pekan Suci menjadi rangkaian kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus yang diimani oleh umat Kristiani pada umumnya.

Larantuka, salah satu kota di ujung timur pulau Flores yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, melaksanakan rangkaian perayaan Pekan Suci dengan cara yang unik dan istimewa yang dikenal dengan sebutan Semana Santa. Semana Santa (dari berbagai sumber) sejatinya berasal dari bahasa Spanyol yang kalau di – Indonesiakan sama artinya dengan Pekan Suci.

Semana Santa menjadi prosesi perayaan yang sangat penting bagi masyarakat kota Nagi – sebutan lain untuk Larantuka. Hal ini penting karena merupakan satu perayaan iman yang sudah mentradisi, turun-temurun sejak masa kolonialisme Portugis. Perayaan ini sudah dirayakan lebih dari 500 tahun atau lima abad di kota Larantuka sehingga tak mengherankan bahwa prosesi perayaan Semana Santa sudah dikenal luas bukan hanya di NTT saja tetapi juga sudah dikenal secara nasional dan bahkan sudah mendunia sebagai warisan perayaan iman Kristiani.

Rangkaian perayaan Semana Santa sudah terinkulturasi dengan budaya di Larantuka sehingga perayaan ini memasukan unsur-unsur budaya lokal di dalamnya. Perayaan Semana Santa sudah dimulai pada hari Rabu yang dikenal dengan sebutan Rabu Trewa. Pada hari ini, masyarakat atau suku yang sudah dipersiapkan (lebih tepatnya sudah ditunjuk setahun sebelumnya – setelah prosesi Semana Santa) melakukan persiapan-persiapan penting untuk acara prosesi seperti kegiatan Tikam Turo (pagar yang dibuat dari kayu dan bambu). Tikam Turo dipasang di sebelah kiri dan kanan sepanjang jalur prosesi. Tikam Turo ini akan dihiasi dengan lilin-lilin. Selain itu ada persiapan Armida (8 perhentian/stasi).

Patung Tuan Ma (patung Bunda Maria), Tuan Ana (patung kanak-kanak Yesus) dan Tuan Maneno (patung Yesus) serta kapela tempat bersemayamnya masing-masing patung ini juga dipersiapkan. Intinya Rabu Trewa menjadi hari persiapan dan serentak kota Larantuka berubah menjadi kota yang hening dan tenang dari segala bunyi-bunyian terutama di sepanjang jalur yang akan digunakan sebagai jalur prosesi. Hari berkabung dimulai.

Malam setelah perayaan Kamis Putih, masyarakat termasuk pesiarah secara bergantian mendaraskan doa dan nyanyian di masing-masing kapela, Tuan Ma, Tuan Ana dan Tuan Manenu hingga pagi hari.

Kapela Tuan Ma

Kapela Tuan Ma

Penyembahan Tuan Ma

Penyembahan Tuan Ma

Tuan Ma

Tuan Ma

Kapela Tuan Ana

Kapela Tuan Ana

Penyembahan Tuan Ana

Penyembahan Tuan Ana

Hari Jumat Agung atau Sesta Vera menjadi puncak perayaan Semana Santa. Pada siang hari dilakukan Prosesi Laut – prosesi menghantar Patung Tuan Manenu dari kapela kediamannya menuju kapela Pohon Sirih. Patung Tuan Manenu dihantar menggunakan sebuah perahu khusus dan diiringi oleh para penghantarnya yang juga menggunakan perahu kecil. Selain pendamping sakral Tuan Manenu, umat pesiarah juga diizinkan untuk ikut mengiringi prosesi laut ini sambil berdoa dan bernyanyi.

Prosesi Laut

Prosesi Laut

Prosesi Laut

Tuan Maneno diarak menggunakan perahu

Setelah prosesi laut selesai, prosesi dilanjutkan dengan prosesi menghantar Tuan Ma yang menjemput Tuan Ana dan keduanya diarak menuju Katedral Larantuka. Kedua patung ini disemayamkan di dalam Katedral dan dilanjutkan dengan perayaan ibadat Jumat Agung seperti biasa. Setelah ibadat Jumat Agung, prosesi dilanjutkan lagi yaitu Tuan Ma dan Tuan Ana diarak melalui jalur prosesi yang sudah dipersiapan pada hari Rabu Trewa. Patung diarak dan diikuti oleh ribuan pesiarah sambil mendaraskan doa dan nyanyian. Perarakan akan berhenti disetiap Armida sambil melakukan pujian reflektif. Kegiatan prosesi yang dinamakan prosesi darat ini berakhir kembali di Katedaral dan ditutup dengan Ratapan bunda Maria – Ibu yang berkabung (Mater Dolorosa).

Prosesi Tuan Ma Menjemput Tuan Ana

Prosesi Tuan Ma Menjemput Tuan Ana

Tuan Ma menjemput Tuan Ana

Tuan Ma menjemput Tuan Ana

Background Kapela Tuan Ana & Patung Mater Dolorosa (Bunda yang Berkabung)

Background Kapela Tuan Ana & Patung Mater Dolorosa (Bunda yang Berkabung)

Rangkaian prosesi ini diikuti oleh ribuan umat, bukan hanya umat kota Larantuka, tetapi juga umat dari hampir semua wilayah NTT, dari luar wilayah NTT bahkan dari luar negeri. Yang unik juga bahwa ternyata prosesi ini juga diikuti oleh mereka yang non Katolik atau agama lain, tetapi mereka tetap menghormati perayaan iman ini.

Bahwa prosesi perayaan Semana Santa sudah menjadi destinasi wisata religius yang dikenal luas. Pada hari menjelang Paskah, ribuan umat tentu sudah berkeinginan atau terdorong untuk hadir mengikuti perayaan ini. Dan walau prosesi ini sudah menjadi destinasi wisata, nilai religius dan kesakralannya tetap dijaga sebagai perayaan iman mengenang sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus yang menjadi pusat iman umat Kristiani.

Ini adalah secuil pengetahuan yang saya tangkap ketika menghadiri perayaan Semana Santa di Larantuka dari tanggal 2-3 April 2015. Saya mengalami sendiri kekhusukan dari rangkaian prosesi ini. Walau menjadi tujuan wisata, akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa ada kesakralan yang harus ditaati dan dihargai. Iman lah yang mendorong untuk mengalami pengalaman suci ini.

Pagi yang Cerah di Kota Reinha Rosari - Larantuka

Pagi yang Cerah di Kota Reinha Rosari – Larantuka